Pengasuh Kesatrian SATRIA
Ust. Alwiyan Qosid Syam'un
FILOSOFI TRISULA CANDI SATRIA
Candi dikenal sebagai bangunan
tempat ibadah purbakala yang merujuk kepada suatu peradaban Hindu-Budha
meski secara sosio-kultural sesungguhnya istilah candi juga digunakan
masarakat untuk menyebut ragam situs purbakala non religius semisal
istana, gapura bahkan pemandian sehingga tidak semata merujuk kepada
tempat peribadatan masa Hindu-Buda.
Dalam istilah Trisula Candi
Satria, kata Candi dimaknai sebagai bangunan yang memiliki nilai sejarah
dan ajaran luhur semata, bangunan dalam hal ini pun bermakna kontruksi
metafisik yang disusun secara filosofis, demikian dalam konteks Trisula
Candi Satria kata Trisula juga secara sederhana dimaknai sebagai senjata
bermata tiga atau tiga senjata saja tanpa merujuk kepada
pengertian-pengertian yang identik dengan aliran atau kepercayaan
tertentu.
Secara fundamental, pengertian Trisula Candi Satria hanyalah sebuah replika non materil yang menggambarkan sosok dan ajaran Brigjen KH. Syam'un yang dikenal sebagai Sang Wirya Wira Waskita yakni Tokoh yang memiliki kepiawaian tiga dimensi: ulama, panglima tentara dan umaro alias pejabat pemerintahan.
Trisula Candi Satria memiliki pengertian secara istilah sebagai tiga prinsip ajaran pendidikan yang diterapkan dalam sebuah lembaga pendidikan yang didirikan oleh Brigjend KH. Syam'un yaitu lembaga pendidikan pesantren yang kini disebut dengan Kesatrian Santri Taruna Islam Al-khairiyah Citangkil.
Tiga prinsip pendidikan yang menjadi senjata dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa adalah tiga aspek penting yang terhubung dan terintegrasi dalam kesatuan pesan-pesan ilahiah yakni:
1. Aspek Leadership: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi" ( Qs. Al-baqoroh: 30)
2. Aspek Akademik: "Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan....." ( Qs. Al-'laq: 1-5)
3. Aspek Non Akademik: "Adapun orang-orang yang berjuang (bersungguh-sungguh) di dalam urusanKu maka pasti akan Aku tunjukkan jalanKu pada mereka". (QS. al-Ankabut: 69)
Aspek leadership yang merujuk kepada peran kholifah dalam hal ini tentu berbeda dengan "Khilafah" dalam pengertian yang diusung oleh organisasi terlarang yang berupaya menjadikan NKRI sebagai Negara Islam karena peran Kholifah di sini adalah peran kepemimpinan yang substansial yaitu peran manusia sebagai individu dan masyarakat yang menghendaki tegaknya maslahat dimuka bumi di dalam bingkai risalah rahmatan lil alamin.
Dalam pelaksanaan aspek akademik yang merujuk kepada makna surat al-alaq ayat 1-5 ini berarti bahwa segala bentuk upaya pendidikan secara normatif harus didasarkan pada prinsip "Bismi robbik" yakni mengandung ketaatan kepada nilai-nilai rububiyah sehingga kemajuan ilmu dan teknologi mesti berlandaskan kepada iman dan takwa.
Aspek Trisula yang ketiga yakni non akademik ini mengandung pengertian dan ajaran bahwa "skill of life" dan kreatifitas serta profesionalisme merupakan karunia Allah sebagai potensi yang apabila terus digali dan dikembangkan secara sungguh-sungguh atas niatan menggapai rido Allah maka hasilnya adalah pencapaian-pencapaian solusi jalan hidup dan kemuliaan yang telah digariskan oleh Allah Tuhan semesta Alam.
Wallahu a'lam.
Secara fundamental, pengertian Trisula Candi Satria hanyalah sebuah replika non materil yang menggambarkan sosok dan ajaran Brigjen KH. Syam'un yang dikenal sebagai Sang Wirya Wira Waskita yakni Tokoh yang memiliki kepiawaian tiga dimensi: ulama, panglima tentara dan umaro alias pejabat pemerintahan.
Trisula Candi Satria memiliki pengertian secara istilah sebagai tiga prinsip ajaran pendidikan yang diterapkan dalam sebuah lembaga pendidikan yang didirikan oleh Brigjend KH. Syam'un yaitu lembaga pendidikan pesantren yang kini disebut dengan Kesatrian Santri Taruna Islam Al-khairiyah Citangkil.
Tiga prinsip pendidikan yang menjadi senjata dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa adalah tiga aspek penting yang terhubung dan terintegrasi dalam kesatuan pesan-pesan ilahiah yakni:
1. Aspek Leadership: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi" ( Qs. Al-baqoroh: 30)
2. Aspek Akademik: "Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan....." ( Qs. Al-'laq: 1-5)
3. Aspek Non Akademik: "Adapun orang-orang yang berjuang (bersungguh-sungguh) di dalam urusanKu maka pasti akan Aku tunjukkan jalanKu pada mereka". (QS. al-Ankabut: 69)
Aspek leadership yang merujuk kepada peran kholifah dalam hal ini tentu berbeda dengan "Khilafah" dalam pengertian yang diusung oleh organisasi terlarang yang berupaya menjadikan NKRI sebagai Negara Islam karena peran Kholifah di sini adalah peran kepemimpinan yang substansial yaitu peran manusia sebagai individu dan masyarakat yang menghendaki tegaknya maslahat dimuka bumi di dalam bingkai risalah rahmatan lil alamin.
Dalam pelaksanaan aspek akademik yang merujuk kepada makna surat al-alaq ayat 1-5 ini berarti bahwa segala bentuk upaya pendidikan secara normatif harus didasarkan pada prinsip "Bismi robbik" yakni mengandung ketaatan kepada nilai-nilai rububiyah sehingga kemajuan ilmu dan teknologi mesti berlandaskan kepada iman dan takwa.
Aspek Trisula yang ketiga yakni non akademik ini mengandung pengertian dan ajaran bahwa "skill of life" dan kreatifitas serta profesionalisme merupakan karunia Allah sebagai potensi yang apabila terus digali dan dikembangkan secara sungguh-sungguh atas niatan menggapai rido Allah maka hasilnya adalah pencapaian-pencapaian solusi jalan hidup dan kemuliaan yang telah digariskan oleh Allah Tuhan semesta Alam.
Wallahu a'lam.
No comments:
Post a Comment